Senin, 19 September 2016

Bentuk Tubuh Rasulullah



1. Dari Rabi’ah bin Abu Abdurrahman, dari Anas bin Malik. Rabi’ah mendengar Anas mengatakan:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek, tidak terlalu putih dan tidak terlalu hitam, tidak berambut keriting merica dan tidak berambut lurus, Allah mengutusnya (sebagai nabi dan rasul) pada masa empat puluh tahun. Setelah itu, beliau tinggal di Makkah sepuluh tahun dan di Madinah sepuluh tahun. Allah mewafatkannya pada usia enam puluh tahun, sementara di rambut kepala dan jenggot beliau terdapat tidak lebih dari dua puluh helai uban.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Catatan:
1. Shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kitab Shifatu An-Nabiy Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Kitab Al-Libas, Muslim dalam Kitab Al-Fadha’il, penulis dalam Kitab Al-Libas, dan Kitab Al-Manaqib dari Kitab As-Sunnan, dan Malik dalam Kitab Al-Jami’.
2. Dalam riwayat lain disebutkan: Beliau tinggal di Makkah 13 tahun. Riwayat yang menyebutkan ‘sepuluh tahun’ dipahami bahwa perawi membuang angka pecahan yang terdapat setelah angka 10.
3. Dalam riwayat lain: beliau wafat pada usia 63 tahun. Riwayat ini lebih shahih dan lebih masyhur. Sedangkan riwayat yang menyebutkan ’60 tahun’ dipahami bahwa perawi membuang angka tambahan (yakni angka 3) yang terletak setelah angka 60.



2. Dari Anas bin Malik, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama berpostur sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, bentuk tubuhnya bagus, rambutnya tidak keriting merica dan tidak pula lurus, (rambutnya) berwarna kecoklatan. Jika beliau berjalan, tubuhnya condong ke depan.”
Catatan
1. Shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam dalam Shifatu An-Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Kitab Al-Libas, Muslim dalam Kitab Al-Fadhaa’il, Bab Shifatu Syi’ri An-Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Hadits no. 2338, penulis dalam Kitab Al-Libas no. 1754, dan Kitab Manaqib no. 3627, An-Nasa’i dalam Kitab Az-Zinah, dan Malik dalam Kitab Al-Jami’.



3. Dari Al-Bara’ bin ‘Azib, ia mengatakan:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama adalah orang yang berpostur sedang, kedua pundaknya lebar, rambutnya tergerai hingga pundak, beliau memakai pakaian berwarna merah. Aku sama sekali belum pernah melihat (orang) yang lebih rupawan dari beliau.
Dan dalam riwayat lain darinya (Al-Bara’ bin ‘Azib), ia berkata:
“Aku belum pernah melihat orang yang berambut tergerai sampai di ujung bawah telinganya dan memakai pakaian berwarna merah serupawan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama. Beliau memiliki rambut yang tergerai sampai ke pundak, kedua pundaknya lebar, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek.”
Catatan:
1. Shahih. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Kitab Al-Fadhail, no: 2337, Abu Dawud dalam Kitab Al-Libas, no: 4027, An-Nasa’i dan Ibnu Majah, no: 3699, dan penulis dalam Kitab Al-Libas, no: 1724.



4. Dari Ali bin Abi Thalib, ia mengatakan:
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, kedua telapak tangan dan kaki beliau besar, berkepala besar, bertulang besar, berbulu dada panjang, jika berjalan condong ke depan seperti berjalan di jalanan yang menurun. Aku belum pernah melihat (orang) seperti beliau sebelum dan sesudahnya.”
Catatan:
1. Diriwayatkan oleh penulis dalam Kitab Al-Manaqib, no: 3641. (“At-Tirmidzi berkomentar: ‘Hadits ini adalah hadits hasan shahih.’ Dishahihkan juga oleh Al-Hakim, 2: 606 dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Sanadnya dhaif, namun memiliki penguat dari jalan-jalan yang lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, 1: 89, 96, 101 ,116, 117, 127, 134, 151, Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat, 1: 410-412. Kalimat: “…kedua telapak tangan dan kaki rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama besar…” Bersama kalimat terakhir darinya diriwayatkan dalam shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Libas dari hadits riwayat Anas.”)



5. Ibrahim bin Muhammad yang termasuk keturunan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: “ketika Ali bin Abi Thalib menyebutkan ciri ciri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama, ia mengatakan:
“Postur tubuh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Dibandingkan orang-orang, beliau berpostur (termasuk) sedang. Rambutnya tidak terlalu keriting dan tidak pula lurus. Rambutnya bergelombang. Tubuhnya tidak terlalu gemuk, wajahnya tidak bulat (karena gemuk). Wajahnya berbentuk oval, berkulit putih kemerahan, bermata hitam, berbulu mata panjang, bertulang belikat besar, berbulu dada tipis, kedua telapak tangan dan kakinya besar. Jika beliau berjalan, (beliau berjalan) seperti berjalan di jalanan yang menurun, jika beliau menoleh, seluruh badannya ikut menoleh. Di antara kedua belikatnya ada cap kenabian. Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada dan paling benar logat bicaranya. Paling halus perangainya, dan paling lembut dalam berteman, siapa saja yang melihatnya untuk pertama kali akan merasa segan. Siapa pun yang berteman dengan beliau akan menciantainya. Orang yang mensifatinya mengatakan: ‘aku belum pernah melihat orang seperti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama sebelum dan sesudahnya.’”
Catatan:
1. Diriwayatkan oleh penulis dalam Kitab Al-Manaqib, nomor: 3642. (saya katakan: “penulis berkomentar: ‘Hadits ini adalah hadits hasan gharib, sanadnya tidak bersambung.’”)  (saya katakan: “tidak ada alasan untuk menghasankan hadits ini bersama dengan terputusnya sanad, di samping itu dalam sanadnya ada rawi bernama Umar Ibn Abdul Aziz bekas budak Ghufrah, dia dhaif sebagaimana disebutkan dalam At-Taqrib, dan diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, 1: 410 dari jalannya.”)



6. Dari Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
“aku bertanya kepada pamanku (dari pihak ibu) Hind bin Abi Halah, dia adalah orang yang pandai menyebutkan ciri-ciri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama, aku ingin dia menyebutkannya sedikit untukku yang bisa aku jadikan pelajaran, dia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama adalah orang yang mulia dan dimuliakan, wajahnya bersinar seperti sinar rembulan di malam bulan purnama, lebih tinggi dari orang kebanyakan dan lebih pendek dari jangkung, berkepala besar, berambut ikal, jika rambutnya rontok, maka beliau mencukur semuanya. Jika tidak, maka rambutnya tidak akan melewati ujung bawah telinganya jika tergerai. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama berkulit terang, berdahi lebar, beralis tebal dan pekat tetapi tidak menyatu, di antaranya terlihat urat syaraf merah, berhidung mancung dengan ujung kecil, di atasnya terdapat cahaya. Orang yang tidak memperhatikannya akan menganggapnya mancung agak ke atas, berjenggot lebat, berpipi lembut, bermulut lebar, bergigi rapi, memiliki bulu dada halus, leher Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama seolah-olah gading yang bening semurni perak. Berpostur sedang, berbadan tegap dan kekar, antara dada dan perutnya rata, berdada lebar, berpundak lebar, bersendi besar, berbulu sangat jarang, bulunya bersambung dari atas dada hingga pusar seperti sebuah garis, tidak berbulu di kedua susu, perut dan lainnya, berambut lebat di kedua lengan dan beliakat serta di bagian atas dada. Memiliki persendian antara lengan dan telapak tangan yang panjang, bertelapak tangan lebar dan berkaki besar, berjari-jemari panjang. Khumib beliau (bagian tengah dari telapak kaki yang tidak menyentuh tanah saat menjejak) selalu kering, kedua kaki beliau halus mulus, kalau disiram air, maka air tersebut akan mengalir dengan cepat. Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama berjalan, beliau berjalan dengan tegap. Beliau mengangkat kaki dengan kuat dan meletakkannya dengan lembut, jika berjalan langkahnya panjang. Jika beliau berjalan, (beliau) seperti berjalan di jalanan yang menurun. Jika beliau menoleh, maka seluruh badannya iikut menoleh. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama selalu menunduk. Pandangan beliau ke tanah bawah lebih lama daripada pandangan beliau ke atas. Seluruh pandangan beliau adalah memperhatikan. Beliau selalu berjalan dibelakang para shahabat dan selalu mendahulu dalam memberi salam.”
Aku (Al-Hasan) berkata: “tunjukkan kepadaku cara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama berbicara!” Dia menjawab: “Rasululah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama selalu merenung dan selalu berpikir, tidak ada waktu bagi beliau untuk beristirahat. Beliau banyak diam, tidak berbicara kecuali jika dibutuhkan, selalu membuka dan menutup pembicaan dengan (menyebut) nama Allah. Beliau berbicara dengan jawmi’ul kalim (perkataan yang ringkas padat dan proposional, tidak berlebihan dan tidak pula kurang).
Beliau bukanlah orang yang suka mencela atau suka menghina. Beliau selalu memuji atas kenikmatan walaupun sedikit dan tidak pernah mencelanya, hanya saja beliau tidak pernah mencela makanan dan minuman atau memujinya.
Beliau tidak pernah dibuat marah oleh dunia ataupun yang dilakukan untuknya, namun jika kebenaran dilanggar, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama tidak akan melakukan apapun karena marahnya sampai menegakkannya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama tidak pernah marah untuk dirinya sendiri dan tidak pernah berbuat untuk diri sendiri.
Jika beliau menunjuk, maka beliau akan menunjuk dengan seluruh telapak tangannya. Jika beliau merasa takjub, maka beliau akan membalikkan telapak tangannya. Jika beliau berbicara, maka beliau akan menggunakannya. Beliau akan menepukkan telapak tangan kanannya pada bagian dalam ibu jari kirinya.
Jika beliau sedang marah, beliau akan memalingkan muka, dan jika sedang gembira, beliau akan menundukkan kepalanya.
Tawa beliau yang paling keras adalah tersenyum. Gigi beliau terlihat seperti embun.”
Al-Hasan mengatakan: “Aku menyembunyikan hal itu dari Al-Husain beberapa saat lamanya. Lalu aku memberitahunya, namun aku dapati ia telah mendahuluiku. Dia telah menanyakan kepadanya (Hind bin Abu Halah) apa yang telah aku tanyakan. Dan aku pun mendapatinya telah menanyakan kepada ayahnya tentang tata-cara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama ketika beliau keluar, tata-cara beliau saat masuk (rumah) dan ciri-cirinya. Dia tidak melewatkan sedikitpun.”
Al-Husain berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang tata-cara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama masuk, dan keluar (rumah), serta figur beliau.” Dia tidak melewatkan sesuatupun tentang beliau. Al-Husain berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang (cara) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama masuk rumah. Ayahku (Ali bin Abi Thalib) menjawab: ‘jika beliau (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama) hendak masuk ke rumahnya, maka beliau membaginya menjadi tiga, sebagian untuk Allah, sebagian untuk isteri beliau, dan sebagian lagi untuk diri beliau. Kemudian beliau membagi bagian beliau antara untuk diri beliau sendiri dan untuk umat. Beliau mendahulukan orang-orang khusus daripada orang-orang umum dan beliau tidak menyimpan atau menyembunyikan sesamapun dari mereka.
Di antara gambaran kehidupan beliau dalam berbagi kepada umatnya, beliau mendahulukan orang-orang yang lebih utama, beliau membagi tergantung pada keutamaan mereka dalam agama. Sebagian mereka ada yang memiliki satu kebutuhan, sebagian lagi ada yang memiliki dua kebutuhan, dan sebagian yang lain ada yang memiliki banyak kebutuhan. Maka beliau akan menyibukkan diri dengan mereka dan menyibukkan mereka dengan sesuatu yang baik untuk mereka serta menyibukkan umat dari bertanya kepada beliau dan memberitahukan apa yang patut bagi mereka, beliau bersabda: Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir. Sampaikanlah kepadaku suatu kebutuhan orang yang tidak sanggup menyampaikannya. Karena, barang siapa yang menyampaikan kepada penguasa suatu kebutuhan orang yang tidak sanggup untuk menyampaikannya. Allah akan menguatkan kedua kakinya di Hari Kiamat.’
Kepada beliau tidak disebutkan selain itu, beliau tidak menerima dari seorangpun selain itu. Tokoh-tokoh mereka (kalangan shahabat) masuk menemui beliau, mereka tidak bubar kecuali (setelah mereka mendapatkan santapan ruhani dari beliau). Mereka keluar dan menjadi petunjuk (bagi orang lain) dengan membawa kebaikan
Al-Husain berkata: “Kemudian aku bertanya kepada ayahku tentang tata-cara beliau keluar, apa yang beliau lakukan? Ayahku menjawab: ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama selalu menahan lidahnya kecuali apa yang penting baginya. Beliau berlemah lembut kepada mereka dan tidak membuat mereka lari, beliau memuliakan orang yang mulia dari setiap kaum dan menjadikannya sebagai pemimpin kaum tersebut. Beliau berhati-hati dari setiap orang dan menjaga diri dari mereka tanpa menghilangkan lemah-lembut dalam berperilaku dan bertutur kata terhadap siapa pun.
Beliau selalu mencari tahu tentang keadaan para shahabatnya, beliau selalu bertanya tentang kondisi masyarakat di sekitarnya. Beliau menyatakan baik terhadap sesuatu yang baik dan menguatkannya, serta menyatakan jelek terhadap sesuatu yang jelek dan melemahkannya.
Beliau selalu seimbang dan tidak berat sebelah. Beliau tidak pernah lalai karena khawatir mereka juga akan lalai dan bosan. Setiap kondisi ada pada beliau, masing- masing memiliki penyangganya. Beliau tidak pernah mengurang-ngurangi atau melebih-lebihkan dalam hal kebenaran.
[Orang-orang yang] berada di belakang beliau adalah orang-orang terbaik. Menurut beliau, orang yang paling utama dari mereka adalah orang yang paling menyeluruh nasihatnya. Dan orang yang paling agung martabat dari mereka adalah orang yang paling baik dalam berteman dan bersahabat.’”
Al-Husain berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang majelis beliau. Ayahku menjawab: ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama tidak berdiri dan tidak duduk kecuali dengan berdzikir. Jika beliau mendatangi suatu kaum, maka beliau akan berdiri setelah majelis mereka berakhir, dan beliau memerintahkan (kepada umatnya) seperti itu.
Beliau memberikan kepada setiap orang/teman duduknya apa yang menjadi haknya, sehingga orang tersebut tidak merasa bahwa orang lain lebih mulia dari pada dirinya. Seseorang yang duduk bersama beliau atau mengobrol dengan beliau, maka beliau akan bersabar meladeninya hingga orang itu yang pergi. Seseorang yang meminta kepada beliau suatu kebutuhan, maka beliau tidak pernah menolaknya dan pasti memberikannya. Atau (jika tidak, maka beliau membalasnya) dengan perkataan yang baik, lapang dada, dan perilaku beliau meliputi setiap orang. Seakan beliau menjadi ayah bagi mereka, dan mereka semua sama di hadapan beliau dalam hal memperoleh hak.
Majelis beliau adalah majelis ilmu, lemah-lembut, malu, amanat, dan sabar. Tidak ada suara keras di sana, tidak ada cacat dan aib yang disingkap dan diungkapkan di depan umum. Mereka semua sama dan seimbang. Namun, mereka saling berlomba (mencapai) keutamaan dengan takwa, mereka adalah orang-orang yang rendah hati. Mereka menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, mendahulukan yang memiliki kebutuhan dan melindungi/memperlakukan orang asing (dengan baik).’”
Al-Husain berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang kehidupan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama ditengah-tengah teman duduk beliau, maka ayahku menjawab: ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama selalu bermuka cerah, berperilaku baik, lemah-lembut, tidak kasar dan tidak keras hati, tidak suka mencela, tidak suka mencaci, tidak suka memaki, dan tidak pelit.
Beliau tidak mempedulikan sesuatu yang tidak beliau inginkan, namun beliau tidak membuat orang yang menginginkannya berputus asa. Ada tiga hal yang beliau tinggalkan dari dirinya: Perdebatan, memperbanyak, dan sesuatu yang tidak berguna.
Dan tiga hal yang beliau tinggalkan dari manusia: Beliau tidak pernah memaki seorang pun, tidak pernah mencela seorang pun, tidak mencari-cari aib orang lain dan tidak berbicara kecuali yang beliau harapkan pahalanya.
Jika beliau sedang berbicara, para hadirin menundukkan kepala seakan di atas kepala mereka ada burung. Jika beliau diam, maka mereka mulai berbicara. Mereka tidak bertengkar saat bersama beliau. Jika ada orang yang berbicara, mereka semua diam sampai dia selesai berbicara. Pembicaraan yang mereka lakukan di  sisi beliau adalah pembicaraan dalam satu masalah.
Beliau tertawa jika mereka tertawa, beliau kagum jika mereka kagum. Beliau sabar atas perlakuan orang asing yang keras dan kaku dalam berbicara dan meminta (sesuatu), sampai-sampai para shahabat beliau mengharapkan mereka datang, beliau bersabda: “Jika kalian melihat ada orang yang membutuhkan sesuatu, maka bantulah dia untuk memenuhi kebutuhannya!”
Beliau tidak akan menerima pujian kecuali dari orang yang sesuai. Beliau tidak pernah memotong pembicaraan seseorang sampai dia melampaui batas. Jika dia lakukan itu, maka beliau segera memotongnya dengan larangan atau beliau berdiri.”
Catatan:
1. Sangat Dhaif. Diriwayatkan oleh penulis, dan diriwayatkan juga oleh Ath Thabrani dan Al-Baihaqi. (saya katakan: “Sanadnya sangat dhaif, ada dua alasan yang saya jelaskan dalam Ash Shahihah, no: 2063. Saya telah mentakhrij penguat penggalan pertama dari hadits ini, diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Ad-Dala’il dari jalan lain. Namun di dalamnya ada rawi bernama Ali Ibn Ja’far Ibn Muhammad, tidak dikomentari dalam Al-Kasyif, sementara dalam Al-Mizan dia berkomentar: “saya tidak melihat ada seorang ulama pun yang menganggapnya lemah, benar dan juga tidak ada yang menganggapnya tsiqah.” Saya katakan: “kemudian dia membawa hadits lain tentang keutamaan Ahlul Bait yang dia kritik habis-habisan, oleh karena itu saya takhrij dalam Adh-Dha’ifah, no: 2122”)



7. Dari Jabir bin Samurah, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama bermulut lebar, bermata besar dan tumit kakinya kecil.” Asy-Syu’ban berkata: “Aku bertanya kepada Sammak: ‘Apa artinya bermulut lebar?’ Dia menjawab: ‘Mulut beliau besar.’ Aku bertanya: ‘Apa artinya bermata besar?’ Dia menjawab: ‘Sudut mata beliau panjang.’ Aku bertanya lagi: ‘Apa arti bertelapak kaki kecil?’ Dia menjawab: ‘terdapat sedikit daging di tumit beliau.’”
Catatan:
1. Shahih. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Al-Fadha’il, no: 2339, penulis dalam Kitab Al-Manaqib, no: 3649. (saya katakan: “Demikian juga diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi, no: 2408, Ahmad, 5: 88, 7: 103).”



8.  Dari Jabir bin Samurah, ia berkata:
“Aku pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama di malam purnama, beliau memakai pakaian berwarna merah, aku memandangi beliau dan memandangi rembulan. Menurutku beliau lebih elok daripada rembulan.”
Catatan:
1. Shahih. Diriwayatkan oleh penulis dalam Kitab Al-Adab, no: 2812. (saya katakana: “At-Tirmidzi berkata: ‘Hadits ini adalah hadits hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits riwayat Al-Asy’ats.’” Saya katakana: “Dia adalah Ibnu Siwar, dia dhaif, sebagaimana yang dikatakan Al-Hafizh (Ibnu Hajar), dari jalannya juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi, 1: 30, Abu Asy-Syaikh dalam Akhlaqu An-Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, hal: 107, Al-Hakim, 4: 186, dishahihkan olehnya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, no: 1842.”)



9. Dari Abu Ishaq, ia berkata:
“Seseorang bertanya kepada Al-Bara’ bin ‘Azib: ‘Apakah wajah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama seperti pedang?’ Dia menjawab: ‘Tidak, namun seperti rembulan.’”
Catatan:
1. Shahih. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shifatu An-Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan penulis dalam Kitab Al-Manaqib, no: 3640. (saya katakana: Demikian juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi, 1: 32, Ath-Thayalisi, no: 2411, Ahmad, 4: 281, penulis berkomentar: “Hadits ini adalah hadits hasan shahih.”) (saya katakan: “Hadits ini memiliki cacat (penyebab kedhaifan), namun memiliki penguat dari hadits riwayat Jabir Ibn Samurah yang sepertinya, Sanadnya shahih dan diriwayatkan dalam Ash-Shahihah, no: 3004.”)



10. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama berkulit putih, seakan dicelup dengan perak, rambut beliau ikal”
Catatan:
1. Shahih. Hanya diriwayatkan oleh penulis. (saya katakan: “Sanadnya dhaif, namun hadits ini shahih karena banyak memiliki penguat, oleh karena itu saya riwayatkan dalam Ash-Shahihah, no: 2053, sebagiannya telah berlalu di nomor: 3, 5, 6, dan sebagian yang lain akan datang. Lihat nomor: 12.”)



11. Dari Jabir bin Abdillah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama bersabda:
“Para Nabi diperlihatkan kepadaku, Musa ‘Alaihi Sallama adalah salah seorang di antaranya, seakan dia seorang dari kabilah Syanu’ah. Aku melihat ‘Isa putera Maryam ‘Alaihi Sallama. Yang paling mirip aku lihat dengannya adalah ‘Urwah bin Mas’ud. Dan aku juga melihat Ibrahim ‘Alaihi Sallama. Yang paling mirip aku lihat dengannya adalah sahabat kalian ini (yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama). Dan aku pun melihat Jibril ‘Alaihi Sallama, yang paling mirip aku lihat dengannya adalah Dihyah.
Catatan:
1. Shahih. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Al-Imam, Bab: Al-Isra’, no: 167, penulis dalam Kitab Al-Manaqib, no: 3651. (saya katakan: “At-Tirmidzi berkomentar: ‘Hadits ini hadits hasan shahih gharib.’ Juga diriwayatkan oleh Ahmad. Saya riwayatkan dalam Ash-Shahihah, no: 1100.”)



12. Abu Ath-Thufail mengatakan:
“Aku melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama, dan tidak seorang pun di bumi ini yang (saat ini) masih hidup yang pernah melihat beliau, kecuali aku.” Aku (perawi) berkata: “Sebutkanlah kepadaku ciri-ciri beliau (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama)!” Dia menjawab: “beliau berkulit putih, rupawan, dan berpostur sedang.”
Catatan:
1. Shahih. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Al-Fadha’il, no: 2340. (saya katakan: “diriwayatkan juga oleh Ahmad dan lain-lain, saya riwayatkan dalam Ash-Shahihah, no: 2052.”)



13. Dari Ibnu Abbas, ia berkata
“Gigi seri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama rapih, jika beliau berbicara, seakan ada cahaya keluar dari sela-sela kedua gigi serinya.”
Catatan:

1. Sangat Dhaif. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi, Al-Jami’ Ash-Shaghir. (saya katakan: “Sanadnya sangat lemah, sebagaimana telah saya jelaskan dalam Adh-Dha’ifah, no: 4220.”)



Dari hadits-hadits di atas yang menggambarkan bentuk tubuh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Sallama saya kutip dari Buku Figur Rasulullah.
Semoga bermanfaat bagi pembaca In Syaa Allah.